2021 is really a year for me. Di awal tahun alhamdulillah rumah jadi dan bisa pindah ke rumah lama rasa baru (atau rumah baru rasa lama?) dan bisa happy isi perabot rumah perlahan dengan segala kepengenan sekaligus keterbatasan (terutama budget) yang ada hehehe
Then not a long time after we settled comfortably here, saya dapet hint dr Tuhan tentang kado terindah sepanjang masa. Hintnya berupa bau dressing salad hokben yang kecium tajem banget dan ganggu banget di idung sampe mual ga jelas. Besokannya langsung testpack dan garis 2 dong. Hahaha
I remembered the confusion we had. This was clearly not written in our plan. Sambil merutuki “yaila, kayanya kita terlalu nyaman di kamar baru….” Wkwkwk sampai akhirnya we decided to embrace the journey and prepare everything we could. Mulai dari pilih dokter, pilih RS, drama mual, pingsan di mall pas lagi ngantri jambu kristal, muntah‒muntah, dsb dsb. Then things change after our 4thappointment to the obgyn. Pas di USG, dedek di perut udah berbentuk bayi, udh komplit tangan kaki kepalanya… udah goyang‒goyang… setelah kemarin marin kita cuma kedapetan USG berbentuk titik gitu aja haha and that’s the time I think this is really a miracle and gift that happening inside my belly. That’s the time I felt all my doubt disappeared and I was really thrilled to meet you.
And that USG picture was really game changing one.
The next 6 months, I became a different Mey. Sejak tau saya hamil, saya cuma pernah sekali jatoh (that’s a wow because I am a super clumsy one). Saya tahan bangeeeeed tuk ga makan yang mentah‒mentah (bye telor setengah mateng and steak medium rare and sushi and even any kind of food that has mayonnaise in it). I felt the kicks inside my belly and was multiple times thinking ‘wow that’s really a baby inside me’. I saw myself in the mirror and cried silently as my body changed like something I’ve never had before. I started to think much more ‘What If(s)’ (and much wilder too, so it’s basically more in quantity and quality kind of what if). People also started to treat me differently as I was pregnant, sometimes I was feeling so special, and the other times it felt like a burden for me as I thought I could not be the usual Mey just because I carried a baby inside me.
And don’t forget that 2021 is still a pandemic year, and this also add tons of worry onto me. And as a pregnant human, I was not allowed to get any vaccine shot so I just hope that I and everyone around me were given healthiness until this pandemic ends.
All the changes, the what ifs, the pandemic…….. it really made a journey.
And I never felt ‘get used’ to these changes throughout my pregnancy. The changes change. So when I (finally) already accepted one change, another change happen and I had to get used to it, and another one happened again, and so on, and so on.
Not to mentioned all the support I got from my relatives and friends. The advicesssss I got from them (baik yang ditanya maupun tidak) (banyakan yg tidak). And I kept repeatedly thinking, ‘well they only want the best for me, I was quite sure they just being nice and happy for me too and want the best for me…and the baby.)
I also tried to not get stressed from work (which was so stressful, because why everytime we try to not get stressed it just make us feel the stress more? Or is it just me?)
These all already made my pregnancy journey quite fascinating.
Until the day my dad passed away.
Kepergiannya udah cukup stressful. Campur aduk banget rasanya, as I had a unique relationship with him. Ditambah kekhawatiran this would affect my baby. Ditambah pikiran ‘Mey, gaboleh cape cape, inget dedek’ (yang mana malah somehow bikin tambah cape). Ditambah beberapa orang yg ngga tau I was in grief, jd masih ada yang nanya2 kerjaan hehehehe
I took a day off for his funeral, and another day to recover myself, and I went for work the day after as I thought doing my usual job would ease the pain and made me forget the grief.
Yang mana malah jd bom waktu! Wkwkwk
Well, I just remembered the times I cried suddenly in silent.
And the next visit to the obgyn, I was so relieve that dedek was doing well. All the signs showed well and she still covered her face, mungkin dia orangnya suka memberikan kejutan. Oh iya, dedeknya cewe, jadi saya siap jd mami yang sibuk kuncirin rambutnya dan nemenin dia belanja belenji.
Though some people around me (mulai dr temen kantor, keluarga, nasabah, orang baru ketemu) mikir saya itu hamil anak cowok. Ada yang sampe ngotot banget pake ajak taruhan segala. Katanya dari bentuk perut lah, dari saya yang semakin julid (padahal saya hanya pelan2 menunjukan jati diri wkwk), lalu saya yg kucel (HEI) dan juga semakin galak katanya. Di tahap kehamilan ini, saya sih terima aja mau dikasih cewe atau cowo, bener bener mikir yg penting sehat dedeknya. Krn angka pandemic semakin meningkat huhuhu.
Oh iya, angka pandemi meningkat terus. Setiap saya harus kunjungan ke luar kantor, saya menjadi lebih agamis krn zikir spanjang jalan biar tetep dijagain dr virus2 jahanam. Sampe akhirnya ada varian baru delta, kasus covid melonjak tinggi banget, ada PPKM, umur kehamilan saya udah 7,5 bulan, akhirnya saya WFH full sampai lahiran. Di masa masa WFH ini bener2 thankful banget sama temen2 dan atasan karena sangat2 support dan bantu saya banget. That’s just another thing I add to my thankful list: hamil ketika sedang bekerja di tempat kerja yang lingkungannya sangat helpful dan supportive dan menyenangkan.
Lucunya, dan mirisnya. Pas udah full WFH di rumah, I got covid. Not only me, but my husband and my mom too. Sekeluarga serumah kena covid. Dan umur kehamilan saya sudah 8,5 bulan, udah bener2 menghitung hari menuju delivery day.
And I thought the passing of my dad was the worst I could get in my pregnancy, I was wrong.
Serumah covid itu nano nano banget. Oh and as if couldn’t get worse, I knew I was diagnosed covid on my very birthday wkwk. Jd paginya saya diucapin temen2 happy birthday, siangnya saya tes dan positif, sorenya badan saya langsung drop. Lemes selemes2nya. One of my relative told me a story of his friend that was also pregnant and got covid too, couldn’t get a place to check her baby while she was still positive. She checked up right after she tested negative only to find out that her baby was already dead inside her belly because the lack of oxygen.
Langsung menangis habis2an baca itu, reflek langsung pegang perut dan tiba2 dedeknya kicking heboh banget. Kayak ngasitau kalau dia baik2 aja. Langsung makin nangis karena bayiku pengertian banget bisa kasih tanda huhuhu
Thankfully obgyn saya super baik, kita lgs ngabarin dia kalau saya kena covid dan minta di cek apakah babynya baik2 aja. Dia bersedia nerima kita di RS tempat dia praktek yg memang ada ruang periksa khusus pasien covid. We were so thankful.
Babynya baik2 aja, everything looked good, but that was just our second day in covid. Temen2ku dan saudara2 smua baik2 karena care dan kirim2 makanan dan obat dan alat2 kesehatan ke rumah. Sayangnya kita bertiga lagi dlm keadaan lemes dan sakit, jd rasanya wow skali setiap mau istirahat ada suara bel rumah dingdongdingdong (sehari bs berkali2 dan di waktu yg berbeda beda tp deketan hahaha). But couldn’t complain, but it did feel so wow.
Got covid while pregnant (34 weeks)……. Saya sibuk bodoh2in diri sendiri, kenapa bisa lalai. Rasa bersalah saya numpuk banget setinggi2nya ke dedek. I already let her felt all my stress, capenya ini itu, sedihnya papa passed away, sekarang ditambah lagi covid di hamil tua?? HPLnya udh deket loh Mey???
Tiap malem demam tinggi, idung mampet sampai hrs nafas lewat mulut, ngga bs nyium kentut sendiri, tasteless food, dll dll. I still forced myself to eat (healthily and 3 times a day) nyemil ini itu, dan datanglah gejala berikutnya: mual n muntah2. Jd kaya balik lagi ke 1.0 pregnancy, selalu muntah tiap abis makan. Berat saya turun terus, padahal seharusnya naik di minggu2 akhir kehamilan. Sakit dan super kepikiran. Tidur pun gabisa di posisi baringan krn sangking mualnya.. I had to sleep in sitting position. Balik lg, thankfully obgyn kita super baik. Waktu ga ketahan mualnya kita WA beliau dan beliau kasih resep skaligus telpon RS buat siapin obatnya buat saya. All we had to do just order gojek and pay the medicine directly to the hospital.
Sick and feeling guilty must never be felt at once.
Tiap hari elus2 perut sambil bilang dedekk kuaaat dedek pasti bisaaa dikit lagiiii kita ketemu ya de, kita harus ketemuuu
All of the symptoms last for 2 weeks, 2 days after I felt better I got tested again and the result is negative (THANK GOD!). we contacted our obgyn again to get a check up.
Pas kontrol, di cek baik2 aja. Bener2 thankful banget ke Tuhan dan pat2 my tummy so proudly bilang dedek is so strong! Dedek pejuang banget kaya maminya. Dedek kereeeeeen banget. Lalu diinfo kalau seharusnya minggu dpn sdh bisa lahiran karena posisi dan kondisi sudah memungkinkan semua. Tipis banget kan jarak waktunya, ga kebayang kalau amit2 masih covid dan sdh harus lahiran.
Another drama: mau Caesar atau normal, Mey?
Awaaaal banget hamil udh mikir mau Caesar aja karena super takut sama rasanya kontraksi. Ke tengah2 kok jadinya mau normal karena penasaran sama rasanya dan biar abis lahiran gaperlu sakit2 gimana gitu. Dijelasin sama dokter kalau skrg lahiran normal hrs di induksi karena di masa pandemi, RSIA ga terima pasien covid jd prosesnya akan lebih rumit kalau kita bener2 normal pure nungguin bukaan gede baru ke RS. Sedangkan kalo ga diinduksi tkt kelamaan juga di RS nya. Dan dengan segala kesotoyan saya searching2 di gugel, nanya2 orang, kok katanya induksi sakit banget….. dan beberapa kenalan saya ga kuat diinduksi akhirnya malah pada caesar jg ujung2nya. Jd double pain huhuhu
Kontrol terakhir akhirnya bilang ke dokter kalau mau caesar aja, krn takut sakit diinduksi hahaha. Dokter kita yg baik itu bilang, sgala kondisiku (mulai dr panggul, berat dedek, bahkan kondisi saya waktu kontrol sudah bukaan satu) sangat2 memungkinkan kalau mau normal. He said giving birth normally is the way God provide us. The aftermath would less painful. He asked us (me, actually) to consider it again and update him the final decision via WA.
Di jalanan kita mikirrr terus. Denger omongan dokter tadi akhirnya yakin mau normal. Kita langsung WA dokternya dan dibales “nah, gitu dong :D” wkwk duh dok baik amat sih.
Berhubung sdh bukaan satu, besokannya kita disuruh langsung masuk RS. Paginya sempet2in beberes kamar spy nnti pas dedek pulang bisa bersih dan tak lupa ngepel jongkok sekamar2 dan separo rumah (ga kuat euy kalo serumah2). Kata temen saya, ngepel jongkok bikin cepet bukaan komplit wkwk kita sih percaya aja, anything to make dedek easier to see the world deh. Setelah berbagai macam prosedur ini itu, masuk RS, masih bs makan nasi cumi pedes malemnya dan makan abis semua makanan RS, masih bisa ketawa2, masih bisa nonton mukbang di youtube, nonton drakor 1 season abis, masih jalan2 muter2in koridor RS sambil dorong2 infusan, masih pecicilan deh. Akhirnya baru bs tidur jam 2 pagi (kenapa sih suster2 itu blicik aned wkwk) dan bangun lagi jam 5 pagi besokannya.
Pagi2 di cek, ternyata masih bukaan 3. Pagi2 masih bisa makan bubur dan merasa KOK BUBUR DOANG SIH KURANG NIHHH SAYA LAPAAAR. Tapi ya ga diomongin, dirasa aja. Saya masih menjaga image disitu wkwk. Balik lagi rutinitas bolak balik tuk mempercepat bukaan, nonton drakor lagi, sampe susternya bingung si ibu kok kuat ya ga berasa sakit ya, padahal udh masuk obat induksi kedua sedari semalem.
Jujurly ngerasa dikit sih mules2nya. Tapi ya dikit gitu, masih bisa banget ketahan. Jadi yaudah ga diheboh2in. Siangnya (jam 10an) dokter baik dateng visit dan ngecek bukaan, katanya sudah bukaan 4. Dia akhirnya pecahin ketuban saya dan kasih warning ‘abis ini akan lebih sakit ya Mey, gausah jalan2 lagi ya’. Saya dengernya excited krn yey finally udah bukaan 4 dan bisa ngerasain kontraksi beneran.
Ternyata bener kata org jangan shombhong. Pecah ketuban beneran merubah segalanya haha. Abis itu tiap 4 menit sekali ngerasain gelombang cinta dari dedek (iya 4 menit beneran krn saya iseng catet2in waktunya). Setiap mules masih bisa nafas teratur dan baca2 doa. Ngajak ngobrol dedek kalau dedek sudah sangat sangat pintar dan keren karena sudah sampai di tahap ini. Bilang ke dedek kalau dikit lagi kita bakal ketemu, tapi juga minta dedek untuk take her time krn pernah baca kalau di dalem perut itu nyamaaan skali buat bayik.
And things changed begitu udah bukaan 7. Mau meninggoy rasanya. Jarak kontraksinya jadi makin deket, dan makin2 juga rasanya. Mau berusaha biasa aja tiap kontraksi ga bisa karena kontraksi berikutnya rasanya pasti lebih sakit drpd yg sebelumnya. Udah mulai gabisa nafas2 teratur, mulai nangis2 (tapi masih pelan), mulai mengaduh2, dan ngajak ngobrol dedek minta biar dedek cepet keluar aja karena bener2 ga ketahan sakitnya……. Hahaha maapin mami ya dek.
Waktu jadi berasa lamaaaaaaaaa banget. Nangis yang pelan udah berubah jadi meraung raung. Udah ga peduli lagi sama image2an. Frustasi banget kepengen tau when would this end. Nanya ke suster tapi jawabannya ngambang, manah dia pake cerita pengalaman pribadi dia, katanya ‘setiap orang beda2 bu, ada yang begitu bukaan 7 jadi cepet ke komplitnya.. kalau saya sendiri bukaan 1 ke 7 cepet banget, tapi 8 ke 10 seharian full’ WOW SUS SANGAT MEMBANTU SEKALI. Rasanya bener2 amazing banget. Sakitnya udah gausah diomong, dan badan ini cuma dikasih istirahat beberapa detik di jeda2 antar kontraksi, dan itupun diisi sama rasa takut n cemas karena I knew the pain would come soon with bigger power. Tiap kontraksi dateng liat suamik matanya berkaca2 juga malah makin sakit wkwk udh bukan tangan suami doang yg dipegang, tapi tangan susternya juga, mana tangannya kecil, sakit ga ya dia di remes2 L
Di tengah2 dasyatnya kontraksi merutuki diri sendiri KENAPA GA SESAR AJAAAA KENAPA PAKE NGEPEL JONGKOK KMRN MEEEEY NANTI CAPEEE gitu hahaha tapi there’s no way back. Bener2 ga kuat akhirnya minta suami buat suntik epidural aja, bius di tulang belakang gitu utk meringankan sakit. Tapi kata suster dokter anastesi nya ga praktek hari ini, jd harus dikabari dulu, dan rumah dokternya di lumayan jauh dari RS (kurang lebih 30 menitan, itu jg kalau ga macet dan dia langsung jalan dari rumah). Kata susternya takutnya begitu dokternya sampe ibu udah lahiran.. YAJUGA huhuhu akhirnya gajadi. Habis itu susternya konsul ke dokter baik ku dan dokter bilang saya udh boleh masuk ke ruang bersalin. Hari itu dokternya lagi ada praktek juga di RS yang sama, jadi kalau sudah waktunya dia bisa cepet2 ke ruang bersalin.
Sebelum masuk ruang bersalin, saya minta suami buat telepon mama saya buat minta doanya. Karena bener2 ga kuat, bener2 mikir kayanya butuh ‘kekuatan’ lain biar bisa lewatin ini. Teleponnya sih ga di speaker, tapi samar2 denger suara mama dari telepon cukup bikin lega, at least I knew she prayed for me and I knew it would do its magic.
Ga lama begitu masuk ruang bersalin, susternya cek lagi katanya sudah bukaan 8. Mereka sibuk bolak balik siapin buat proses lahirannya, saya sibuk nangis2 dan minta susternya jangan kemanamana (apaan si sumpah wkwk dipikir2 skarang ngapainnn gitu Mey) dan terus2an nanya dokter baik nya udahan prakteknya belom… sampe akhirnya dokternya dateng, cek bukaan dan bilang “Wah ini sih udah bukaan komplit. Yuk Mey kita mulai aja ya”
Denger kata2 bukaan komplit itu rasanya super duper lega. This pain will end soon. Tapi abis itu panik lagi karena saya gatau cara ngeden gimana. Langsung diajarin saat itu juga cara2 ngeden, abis itu beberapa kali ngeden (seinget saya sih 5 ya) dan….jam 13.40 dedek keluar! Hehehe
Abis dedek keluar rasanya super lega banget. Udah gaada lagi sakit2 kontraksi. Udah plong banget2 rasanya. Abis itu denger dedek nangis super kenceng, dokter nanya ke saya namanya siapa. Saya jawab belom pasti dok. Karena sampai h min 1 kita udah siapin nama tapi pas dikonfirm lagi ke suamik katanya blm yakin juga. eh tau2 setelah suamik selesai potong ari2 dedek dan liat dedek abis dibersihin suster, dia info ke saya udh kasih nama dedek ke suster. Nama yang kemarin katanya belum yakin itu. JIAKH ga kompak wkwk. Dan 1 paragraf ini terjadi sambil dokternya sibuk menganyam di bawah sana, udah gamau tau lagi dah saya diapain itu udah pasrah dan gamau tau bener dah wkwk
Habis selesai dibersihin, dedeknya ditaro di dada saya utk skin to skin contact. Terharu banget… walopun muka dedek kealang masker yang saya pake. Sampe juling2 pengen liat muka dedek tp apa daya maskernya yang model KF94 yang gembung gitu, jadi cuma bisa keliatan separo doang sambil elus2 dedek. Terharu liat dedeknya udah berambut, krn ekspektasi saya bayi kalau keluar ya botak gitu ya huhuhuh rambutnya tebel mirip bapaknya
Sehabis itu dedek nya dibawa ke ruang bayi untuk observasi, dan saya dibawa ke ruang rawat inap.
Kita langsung ngabarin mama, mami n saudara2 yang ikut nungguin lahiran. Semuanya ikutan lega. Begitu dedek dianter ke kamar saya sorenya, kita sibuk videocall an sama keluarga masing2. Saya amaze liat dedek. Bayik yang dulu ada di perut saya sekarang tiba2 ada di depan muka saya, bisa saya pegang2 dan saya elus2.
Akhirnya bisa ajak ngobrol dedek langsung.. I said thank you to her as she was so strong while she’s still inside my belly. I thanked her for fighting with me through the delivery process. Dari jam 10 ke jam 13.40 ga terlalu lama (ini diomong stelah kejadian kontraksi ya, pas kontraksi ya berasa seabad wkwk) jadi I really thanked her krn udah sangat pintar ikutan cari jalan buat keluar bareng2 maminya. I thanked her for being healthy even though we had been through many many things together before she was born. Sebelum hamil mikir nanti punya anak harus yang cakep, yang pinter, yg berbudi pekerti baik, yang ini inu, sekarang setelah lahiran udah bener2 bersyukur dedek sehat. Alhamdulillah banget jg dapet bonus dia pinter n gembil n cakep juga.
After everything we’ve been through together.. lahir di tengah2 pandemi bener2 challenging. Apalagi pandeminya blm ada obat pastinya dan nularnya mana lewat udara. Ngerasain banget banget dulu waktu kena sendiri, nyeselnya kaya apa, takutnya setiap menit kaya apa, sakitnya, cemasnya, stressnya, semua2 kerasa di diri sendiri. Sekarang begitu dedek udh bisa melalui semua itu dengan gagah berani, I do my very best to make sure she will never have to go through any of that pain again.
Kalok ada yang bilang ‘duh lebay banget sichhhhhhh plis de’ well, it’s much much much better safe than sorry. Dedek sudah sangat setrongggg, masa mau saya take for granted untuk hal yang ga penting2 banget dan bisa nanti2? Hehe
And per today, it’s been 19 days you cheer our days up. Dari yang di hari2 pertama kita masih santuy karena kamu tidur terus dek, mami masih bisa buka2 kado dr temen2 dan poto2 (well, km dpt buanyaaaak bgd kado. Buanyaaaak bgt yang ikut hepi kamu lahir dan perhatiin kamu sampe repot2 kirim2 kado, maaci tante2 dan om2 dan oma2 dan opa2!!) makin kesini makin seru yah haha.
Mami n daddy lagi belajar untuk jd orangtua yang baik buat kamu dek, kita berdua lagi di tahap belajar menguasai ilmu ngira2. Ngira2 kamu nangis begini gara2 apa, nangis begitu gara2 apa. Maapin mami kalo gerakan tangan mami masih agak bar2 sampe kadang kayanya megang kamu agak kasar yak. Maapin mami bangunnya suka telat pas kamu nangis malem2. Maapin mami masih makan indomi wkwk. Maapin mami kalo mandiin kamu suka kelamaan jd kamu kedinginan..
Di hari2 ini juga, dedek lg suka2nya ngeden sampe gerem gitu. Buse kalo dr suara dan nada geremnya itu lakik banget, bikin kita kadang serem sendiri hahaha. Dedek jg lagi suka2nya ngeprank, pas selesai diganti pampers eh dia poop. Ato poop nya paaas banget lagi peralihan dr pampers lama ke baru, sehingga menjadi poop parteh di kasur… ato dedek pipis pas lagi diandukin, mana anduknya jg baru ambil dari lemari… semua2nya seru.
Dear my Veluna..
Maybe I’ve said this to you million times, I’m sorry for being imperfect mommy. Your daddy keeps reminding me that we’re imperfect but we do try our best for you.
You are really a blessing in our life, thank you for choosing us as your parents. We love you, Na.